Rekam Fakta, Gorontalo – Di tengah tantangan kemiskinan ekstrem yang masih membayangi sejumlah wilayah, Pemerintah Kota Gorontalo mengambil pendekatan berbeda: menjadikan bantuan pangan bukan sebagai akhir, melainkan titik awal dari transformasi sosial yang menyentuh akar permasalahan.
Ratusan warga dari berbagai kelurahan memadati Rumah Jabatan Wali Kota pada Rabu pagi (4/6/2025), untuk menerima bantuan bahan pangan sebagai bagian dari program Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) 2025. Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Wali Kota Adhan Dambea, Wakil Wali Kota Indra Gobel, dan Sekda Ismail Madjid.
Namun, lebih dari sekadar seremoni distribusi, Pemkot menegaskan bahwa program ini menjadi jembatan menuju intervensi jangka panjang berbasis kemanusiaan, bukan hanya administratif.
“Kita tidak sedang membagikan belas kasihan. Kita sedang membangun kembali martabat yang sempat roboh oleh kemiskinan,” ujar Wakil Wali Kota Indra Gobel dalam sambutannya.
Indra menjelaskan bahwa kemiskinan ekstrem bukan sekadar persoalan perut lapar atau dompet kosong, melainkan tentang hilangnya akses, kesempatan, dan harapan. Oleh karena itu, pendekatan Pemkot diarahkan pada perubahan sistemik yang menyasar pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
“Hari ini mungkin hanya beras dan minyak. Tapi besok, harus ada jalan keluar agar anak-anak mereka bisa sekolah, para lansia punya perlindungan, dan ibu-ibu bisa punya usaha kecil yang bertahan,” tegasnya.
Ia juga menyerukan agar OPD, camat, dan lurah tidak hanya fokus pada laporan dan data, tetapi menyentuh langsung sisi paling manusiawi dari pekerjaan birokrasi: empati.
“Turun ke bawah. Lihat, dengar, rasakan. Kita tidak hanya menyuplai kebutuhan, tapi memulihkan martabat manusia,” pesan Indra penuh makna.
Pemkot Gorontalo berkomitmen menjalankan Instruksi Presiden RI Nomor 8 Tahun 2025 bukan sekadar sebagai kewajiban, tetapi sebagai panggilan moral untuk membangun kota yang inklusif dan berkeadilan sosial. Langkah-langkah lanjutan seperti pembinaan UMKM, perlindungan lansia, dan penguatan layanan dasar telah dirancang sebagai bagian dari strategi integratif.
Dengan pendekatan yang menyatukan kepedulian, data valid, dan aksi nyata, Pemkot Gorontalo mengubah narasi bantuan sosial dari “tangan yang memberi” menjadi bahu yang menopang agar warga bisa bangkit dan berjalan sendiri.
