Scroll untuk baca artikel
Example 300x300
Example floating
Example floating
Headline

Air Mata POPNAS Gorontalo, Surat Terbuka yang Mengguncang Nurani Pemerintah Daerah

×

Air Mata POPNAS Gorontalo, Surat Terbuka yang Mengguncang Nurani Pemerintah Daerah

Sebarkan artikel ini

Fakta NewsGorontalo. Sebuah surat terbuka dari masyarakat, pelatih, dan orang tua atlet POPNAS Gorontalo yang disuarakan oleh Fadly Luneto melalui akun Facebook pribadinya, kini menjadi perbincangan hangat publik.

Isi surat itu bukan sekadar keluh kesah, melainkan jeritan hati yang mewakili rasa kecewa mendalam terhadap pemerintah daerah, terutama kepada Gubernur Gorontalo, yang dianggap gagal memberikan dukungan bagi para atlet muda berprestasi.

Example 300x300

“Kami menulis surat ini bukan dengan tinta kebencian, melainkan dengan air mata kekecewaan.”

Kalimat itu menggambarkan realitas pahit. Para atlet muda Gorontalo telah berbulan-bulan berlatih dengan segala keterbatasan di lapangan berdebu, tanpa fasilitas layak, dengan pelatih yang berjuang dari hati, namun saat waktunya tiba untuk berlaga di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS), mereka harus menunduk lesu karena tidak ada anggaran.

Kenyataan ini menjadi tamparan keras bagi dunia olahraga pelajar di Gorontalo. Mimpi yang disiram keringat dan harapan kini kandas bukan karena kekalahan di arena pertandingan, melainkan karena ketidakpedulian birokrasi.

Fadly Luneto menulis dengan nada getir namun sopan.

“Apa yang lebih menyakitkan dari perjuangan yang gugur bukan karena kemampuan, tapi karena ketidakpedulian?” Pertanyaan ini menyentuh sisi terdalam nurani publik.

Para atlet yang seharusnya menjadi kebanggaan daerah justru menjadi korban dari kegagalan sistem yang tak mampu memprioritaskan masa depan generasi muda.

Di tengah situasi ini, publik pun mempertanyakan. Mengapa urusan perjalanan dinas pejabat, rapat-rapat seremonial, dan proyek-proyek birokrasi selalu punya dana, sementara anak-anak daerah yang berjuang membawa nama Gorontalo justru diabaikan?

Surat terbuka tersebut mencerminkan krisis kepemimpinan dalam dunia olahraga daerah.

Pemerintah seolah hadir hanya saat foto bersama di podium kemenangan, tapi absen ketika perjuangan membutuhkan dukungan nyata.

Kepedulian bukan soal anggaran besar, melainkan soal hati. Sayangnya, dalam kasus POPNAS Gorontalo, hati pemerintah tampak dingin di tengah semangat anak-anak yang membara.

“Kami tidak menuntut kemewahan, kami hanya ingin pemerintah hadir,” tulis Fadly mewakili masyarakat dan pelatih.

Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak menuntut lebih, hanya meminta perhatian dan kehadiran nyata dari pemimpin yang telah diberi mandat untuk membangun manusia Gorontalo seutuhnya.

Kasus ini bukan sekadar keterlambatan anggaran atau miskomunikasi antarinstansi. Ia adalah potret kegagalan sistemik, di mana perencanaan olahraga tidak diintegrasikan dengan visi pembangunan daerah.

Jika pemerintah terus menganggap olahraga hanya sebatas urusan seremonial atau “pelengkap kegiatan”, maka jangan harap Gorontalo akan melahirkan generasi juara yang tangguh dan bermental pemenang.

Yang lebih berbahaya, anak-anak pelajar ini bisa kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya sendiri. Dan begitu kepercayaan itu hilang, tidak ada lagi semangat yang tersisa untuk berjuang di bawah panji daerah.

Menjelang akhir suratnya, Fadly Luneto menulis “Kami tidak ingin menyalahkan. Kami hanya ingin didengar.”

Kalimat ini mengandung kritik paling tajam yang dibungkus dengan kesantunan luar biasa. Sebab selama ini, rakyat Gorontalo sudah terlalu sering berbicara di ruang hampa, menulis surat yang tak dijawab, bersuara di media sosial tapi tak digubris, dan berharap dari pemerintah yang sibuk mencari pembenaran.

Namun, di balik kekecewaan itu, masih ada secercah harapan. Bahwa suatu hari nanti, pemerintah daerah akan benar-benar berdiri untuk anak-anaknya sendiri, bukan sekadar hadir saat mereka menang, tetapi juga menopang ketika mereka hampir kalah oleh keadaan.

Kini, mereka menunggu tanggapan resmi dari Gubernur Gorontalo dan jajaran Dinas Pemuda dan Olahraga. Apakah mereka akan menanggapi surat ini dengan kebijakan nyata, atau kembali dengan narasi klise soal keterbatasan anggaran?

Yang jelas, masyarakat telah berbicara. Surat terbuka dari Fadly Luneto bukan hanya catatan pribadi, melainkan gema nurani kolektif rakyat Gorontalo yang menuntut perhatian, keadilan, dan kepemimpinan yang berjiwa empati.

Kisah ini bukan akhir, tapi peringatan.
Jika pemerintah terus menutup mata, maka kelak yang akan tumbuh bukan lagi atlet berprestasi, melainkan generasi muda yang apatis, karena merasa perjuangannya tidak pernah berarti.

Gorontalo butuh pemimpin yang hadir untuk anak-anaknya, bukan yang sekadar hadir di panggung upacara. Sebab sejarah takkan menulis siapa yang berkuasa, tetapi siapa yang berdiri untuk rakyat di saat rakyat dikhianati oleh sistemnya sendiri.

Sumber : https://web.facebook.com/story.php?story_fbid=25389635003988159&id=100001050259137&rdid=b9bcqKBvDho0bqnD#

Loading

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Akses berita Faktanews.com dengan cepat di WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vae1Mtp5q08VoGyN1a2S. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Example 300x300
Example 120x600
error: Content is protected !!