Faktanews.com, Gorontalo — Pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo kembali mencuri perhatian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada triwulan II tahun berjalan, Kota Gorontalo berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 6,16 persen dan menempati posisi kedua tertinggi di wilayah Sulawesi. Capaian tersebut hanya terpaut dari Kota Bitung yang berada di puncak dengan 7,44 persen.
Yang menarik, Kota Gorontalo berhasil unggul dari dua pusat pertumbuhan besar kawasan timur Indonesia Makassar dan Manado meski tidak memiliki industri skala besar sebagai penopang utama.
Capaian ini menjadi contoh bahwa pertumbuhan daerah tidak selalu harus bertumpu pada sektor industri berat. Sebaliknya, ekonomi berbasis masyarakat dengan aktivitas sektor jasa, perdagangan, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dapat menjadi mesin pertumbuhan baru.
Kebijakan pemberdayaan ruang usaha mikro menjadi salah satu titik balik penting. Pemerintah Kota Gorontalo mengambil langkah yang saat itu dianggap tidak biasa: memberikan ruang legal dan tertata bagi pedagang kecil di area publik tertentu, termasuk trotoar.
Yang semula diprediksi akan mengganggu estetika kota, justru menghasilkan efek ekonomi yang signifikan.
Trotoar yang dulunya hanya tempat melintas, kini menjadi ruang ekonomi produktif yang menciptakan transaksi harian, membuka lapangan kerja, dan memberikan ruang hidup bagi pelaku usaha pemula.
Perubahan ini tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial:
Kota menjadi lebih hidup, terutama di jam-jam ekonomi rakyat.
Memunculkan pola usaha informal yang tertib dan terawasi.
Mendorong masyarakat untuk terlibat dalam ekonomi digital dan akses pembiayaan mikro.
Pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo kini bukan sekadar angka, tetapi refleksi dari perubahan cara pandang: bahwa masyarakat bukan objek pembangunan, melainkan pelaku inti.
Pemerintah Kota Gorontalo menyebut capaian ini sebagai hasil kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, lembaga keuangan mikro, dan masyarakat yang bergerak bersama menjaga ritme aktivitas ekonomi.
Dengan tren yang terus positif, Kota Gorontalo diharapkan menjadi contoh kota yang mampu membangun pertumbuhan inklusif — pertumbuhan yang bukan hanya tercatat dalam laporan statistik, tetapi benar-benar dirasakan di meja makan keluarga, kios kecil, gerobak kuliner, hingga marketplace digital.
![]()












